Berbagi pengalaman.
Sudah satu minggu ini mbak Azza dan Adek Izza gentian
sakitnya. Selama itu pula tak ada senyum di bibir mbak.Azza. kembarku ini baru
berumur satu setengah tahun. Mbak.Azza pun jadi cerewet dan rewel melulu.
Untung kembarannya pengertian, kalo satu rewel yang satu jadi penurut. Kondisi
seperi ini sangat menguras pikiran dan tenagaku.
Awalnya setelah mandi sore kondisi badan anakku berubah
drastis, dia kelihatan lemas dan lesu, badannya juga agak panas. Makanpun sore
itu menjadi susah sekali. Langkah awal yang aku lakukan adalah dengan
memborehkan perasan bawang merah ke punggung, telapak kaki, dan perut. Jika
belum mendesak sekali aku belum memberikan parasetamol, namun aku selalu sedia
parasetamol di rumah sebagai antisipasi. Ternyata sampai siang harinya panasnya
masih berlanjut, pengasuh anakku selama siang itu terus mengompres badannya.
Bahkan kali ini disertai dengan batuk pilek.
Suamikupun sudah khawatir dan menyarankan untuk ke dokter
anak. Namun aku tidak setuju. Aku ngotot mau mencoba pengobatan tradisional dan
sebisa mungkin menghindari konsumsi obat, memang pada dasarnya aku juga
orangnya keras kepala. Padahal awalnya jika anak sakit langsung ke dokter anak.
Main setku dan cara pandangku terhadap dokter anak kini berubah setelah aku
membaca arikel bahwa dokter anak di Indonesia terlalu mudah memberikan
antibiotic kepada anak. Akupun mengalami sendiri ketika anakku dalam waktu
semalam muntah sampai 7 kali, otomatis sebagai seorang ibu aku sangat khawatir,
menunggu malam berganti pagi rasanya lama sekali. Begitu pagi aku dan suami langsung
membawa salah satu dari si kembar yang muntah-muntah ke doker anak.
Setiap ke dokter anak aku tidak menyia-nyiakan untuk
konsultasi. Namun karena banyaknya pasien menjadikan waktu konsultasi jadi
terbatas. Aku sempat bertanya apakah penyebabnya karena bakteri? Kata dokternya
bukan karna tidak disertai panas, paling ada makanan yang memicu mual, dan akan
diberi obat anti mual. Atau bisa juga karena aku kebanyakan makan durian,
maklum pada saat itu aku memang sedang sering mengkonsumsi durian, selain beli
di rumah juga ada buah durian yang metik sendiri, so… aku kebanyakan makan,
padahal aku masih menyusui. Sesampai dirumah aku kaget melihat obat yang
diberikan oleh doker, lho… kok ada antibiotic??? Katanya bukan karena
bakteri???. Dari situlah aku jadi cenderung kurang suka dengan pengobatan
doker. Kayaknya sekarang banyak dokter yang nyambi jualan obat.
Selama anakku sakit aku berusaha dengan memborehkan bawang
merah, untuk mengobati batuk pilek aku menggunakan perasan air kencur dan
perbanyak minum. Aku sempat khawatir kok sakitnya ngak sembuh-sembuh. Namun aku
masih keras kepala untuk tidak berobat. Kencur dan minum air putih aku
perbanyak berikan kepada anak. Selama satu minggu itu, sikembar gentian sakitnya.
Bahkan hari ke 5, 6, 7 selama tiga hari tersebut si kakak tidak mau turun dari
gendongan, selalu minta gendong setiap saat. Aku menjadi semakin khawatir,
takut kenapa-kenapa dengan kakinya. Setiap aku coba menurunkan dan aku minta kakak
untuk berdiri dia malah nangis jerit-jerit minta untuk segera digendong lagi. Selama
itu pula anakku jadi rewel terus, nangisnya kenceng dan menjerit-jerit tidak
seperti biasanya. Kata pengasuhnya (yang momong) mungkin anakku demarinen (kepercayaan masarakat sekitar
bahwa bisa jadi anak kecil terkena sawan saudara yang lagi hamil) untuk
mengobatinya dimintakan sisa air minum si hamil tersebut kemudian diusapkan
kemuka anak yang rewel. Sebenarnya aku tidak percaya dengan hal-hal tersebut
namun aku mengikuti saja saran orang-orang yang lebih tua. Ada juga yang
menyarankan untuk mandi dengan kembang kewarasan
(beli di pasar), semuanya aku turuti namun kondisi anakku tidak juga membaik. Kupuuskan
unuk tetap bertahan.
Malam ke8, aku berdo’a semoga besok pagi ada perubahan yang
lebih baik. Akhirnya penantianku berbuah manis. Pagi hari bangun tidur, kakak
tidak rewel lagi. Dia sudah mau urun dan berjalanjalan pagi. Alhamdulillah…
akhirnya pengobatan radisional membuahkan hasil meskipun prosesnya lama.
Berikut bahan tradisional ang dapat digunakan sebagai antibiotic
alami:
1.
Bawang merah
2.
Bawang putih
3.
Kunit
bahan-bahan tersebut mudah kita jumpai di sekiar kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar