Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpendapat
dengan cara yang terorganisasi, kemampuan
untuk mengevaluasi secara sistematis bobot pendapat pribadi dan pendapat
orang lain. Berpikir
kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam
kegiatan mental seperti: memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk,
menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah. Selain itu berpikir
kritis juga didefinisikan sebagai aktivitas mental sistematis yang dilakukan
oleh orang-orang yang toleran dengan pikiran terbuka untuk memperluas pemahaman
mereka. Menurut pendapat Schafersman yang dikutip oleh Cholis Abrori, berpikir
kritis adalah berpikir berdasarkan pengetahuan yang sesuai dan dapat dipercaya,
atau cara berpikir yang beralasan, dapat digambarkan, bertanggung jawab dan
mahir.25
Pemikir
kritis memiliki karakteristik berikut ini:
a.
Menggunakan bukti dengan baik dan berimbang
b.
Mengelola pikiran dan menyampaikannya secara konsisten dan jelas
c.
Membedakan segala sesuatu secara logis
d.
Mampu belajar secara mandiri dan tidak mudah putus asa dalam mengerjakan
sesuatu
e.
Menerapkan teknik problem solving
f.
Dapat memberi argumen secara lisan bila terdapat ketidaksesuaian
g.
Membiasakan meragukan pendapat sendiri dan berusaha memahaminya
h.
Mengakui kemungkinan pendapat sendiri keliru
Seseorang yang berpikir kritis menurut Carrol,
adalah seseorang yang berpikir terbuka, rendah hati, memiliki motivasi tinggi
dan berpikir bebas. Menurut
Ferret, seseorang dapat menjadi pemikir kritis bila memiliki karakteristik
antara lain: dapat memperbaiki kekeliruan pemahaman atau informasi, memiliki
rasa ingin tahu, tertarik untuk mencari solusi baru, mendengarkan orang lain
dengan baik dan memberikan umpan balik, mencari bukti, menguji masalah secara
terbuka, serta dapat mengambil kesimpulan. Delapan langkah-langkah
untuk menjadi pemikir kritis menurut Johnson adalah: dimulai dari merumuskan
masalah, menganalisis permasalahan, mengumpulkan informasi, mengevaluasi asumsi
dan informasi, menggunakan bahasa yang jelas dalam menyampaikan gagasan,
menggunakan bukti-bukti yang meyakinkan, menarik
kesimpulan serta dapat memprediksi implikasi dari kesimpulan yang diambil.
Suatu
penyelenggaraan belajar-mengajar merupakan proses pendidikan kritis, yang harus
mencerdaskan sekaligus bersifat membebaskan pesertanya untuk menjadi pelaku
(subyek) utama, bukan sasaran perlakuan (obyek) dari proses tersebut. Adapun
ciri-ciri pokok dari proses pendidikan kritis adalah belajar dari realitas atau
pengalaman, tidak menggurui, dan dialogis. Rath et al (1966)
menyatakan bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan
kemampuan berpikir kritis adalah interaksi antara pengajar dan siswa. Siswa
memerlukan suasana akademik yang memberikan kebebasan dan rasa aman bagi mereka
untuk mengekspresikan pendapat dan keputusannya selama berpartisipasi dalam
kegiatan pembelajaran.
Selain diartikan sebagai proses, berpikir kritis
dapat juga diartikan sebagai suatu kemampuan. Proses dan kemampuan tersebut
digunakan untuk memahami konsep, menerapkan, mensintesis dan mengevaluasi
secara kritis pada buku teks, journal, teman diskusi, termasuk argumentasi guru
dalam pembelajaran. Berpikir
kritis dalam pendidikan merupakan kompetensi yang akan dicapai serta alat yang
diperlukan dalam mengkonstruksi pengetahuan. Setiap langkah dalam berpikir
kritis selalu dimulai dengan mengidentifikasi permasalahan dan dicari
alternative pemecahannya.
Kemampuan berpikir kritis dapat disimpulkan sebagai
berikut: dapat merumuskan masalah, menganalisis permasalahan, mengumpulkan
informasi, mengevaluasi asumsi dan informasi, menggunakan bahasa yang jelas
dalam menyampaikan gagasan, menggunakan bukti-bukti yang meyakinkan, menarik
kesimpulan serta dapat memprediksi implikasi dari kesimpulan yang diambil.
·
Cholis Abrori, Berpikir Kritis
(Critical Thinking) Dalam Profesi Dokter,
http://elearning.unej.ac.id/courses/DOLLIS/document/BERPIKIR_KRITIS.pdf?cidReq=DOLLIS,
(Diakses,
7 Februari 2008)
· Elaine
B. Johnson, Contextual Teaching and Learning, (Bandung: Mizan Learning
Center, 2006)
· Roem
Topatimasang, dkk, Pendidikan Popular Membangun Kesadaran Kritis,
(Yogyakarta: INSIST Prerss, 2005)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar