Minggu, 31 Maret 2013

Cerita Si Kembar Azza Izza

-->
Senin, 02 April 2012
Dalam kesibukan di sekolah, aku teringat si kembar di rumah. Sedang apa ya mereka? Bermain-main apa rewel? Mudah-mudahan gak rewel. Nanti begitu sampai dirumah, aku tidak boleh langsung ketemu sama mereka, aku harus nyimpe dulu sampe selesai sholat, ganti baju dan makan siang. Bagaimana tidak, jika si kecil sudah melihat ibu ato bapaknya pulang, pasti langsung minta di gendong. Jika tidak si kecil akan rewel dan menangis, jadi gak tega kan??
Suara motor yang aku kendarai terdengar oleh yang momong anak-anakku, dari jauh aku melihat mereka manjauh dan membawa si kembar keluar rumah, biar aku tidak langsung keteku kereka. Sesampai dirumah akupun langsung, mengambil air, wudhu, sholat, ganti baju dan makan siang. Tak lupa aku meminum jus daun papaya, yang disaring airnya. Hemmmm…… nikmat sekali rasa pahit ini hehehe…
Setelah semua dah selesai aku langsung menemui anak-anak. Persis seperti dugaanku si kecil Izza langsung merengek minta digendong dan netek, maka mbak Azza harus dibawa jalan-jalan dulu sama Lek.Yah (nama yang momong), agar tidak rebutan sama adeknya. Adik Izza menetek dalam pangkuanku dengan tenang, sesekali dia melirik-lirik aku dengan bola mata yang ceria, seulas senyum tersungging dari bibi mungilnya, akupun meggodanya dengan balas meliriknya.
“adek Izza manja jika dah ketemu sama Ibunya” Wo Timah (nama yang momong adek) mengomentari gerak-gerik si kecil. Suara tangisan mbak Azza membuatku sadar bahwa aku harus segera gentian menyusui mbak.Azza. adek pun akhirnya mau lepas dari menyusu, namun dia tetap rewel dalam gendongan yang momon, selalu saja mengahadap ke arahku, minta digendong.
Meskipun kini mbak.Azza dalam pangkuanku giliran menyusu, namun mbak ikut menngis jika mendengar adinya menangis, apakah si kembar sedang bercakap-cakap? Apa yang mereka cakapkan ya?
Kata yang momong jika ditinggal sekolah aku dan suamiku, si kembar gak rewel, tapi tadi adek Izza selalu minta minum dan badanya agak panas lagi. Tapi ketika orang tuanya pulang ada-ada saja tingkah si kembar yang menguras perhatian aku dan suamiku. Maunya digendong ibu dan bapaknay, duh…. Pintarnya si kembar… membuat kami kewalahan.

Adzan maghrib berkumandang, aku dan suami menunggui si kembar yang sudah tertidur sejak pukul 17.30 tadi. Sehabis Adzan suamiku langsung bergegas untuk sholat maghrib, dan bergantian denganku. Belum selesai aku sholat, terdengar suara tangisan, waduh… jadi kemrungsung nich sholatnya harus buru-buru selesai. Ternyata Dek.Izza terbangun dari tidurnya, meskipun sudah digendong sama bapaknya, namun belum mau berhenti nangis, ternyata dia minta minum. Begitu dalam dekapanku dia langsung ngusel-ngusel mencari minumnya. Adek… adek….. namun…. Belum selesai adek netek, mbak Azza bangun, minta minum juga, suara tangisan mbak.Azza pacah duh, ramedeh. Suamiku tegopoh-gopoh membuatkan susu formula untuk mbak.Azza. kini mbak.Azza dalam gendongan bapaknya, aku dalam posisi duduk mamangku adek yang masih netek.
Ya Allah… mbak Azza gak mau minum susu formula, dia terus saja menangis, susu yang formula yang mau diminumkan ditolak, suamiku bingung, harus gimana coba… adek belum selesai minum dan gak mau lepas, malah semakin kuat ngenyut, “adek… ayo gentian sama mbak” aku mencoba membujuk sambil berusaha melepaskan adek. Namun adek tetap tidak mau lepas. Akhirnya dengan dipegangi sama suami, mbak.azza menyusu di sebelah adek, kini sikembar menyusu bersamas-sama, dan menikmati ASi dengan tenang, aku dan suami tertawa dengan kejadian ini. Sabar…. Sabar…. Demi anak apapun di lakukan.

Jangan Panik Hadapi si Kecil Demam, Batuk, Pilek

-->
Berbagi pengalaman.
Sudah satu minggu ini mbak Azza dan Adek Izza gentian sakitnya. Selama itu pula tak ada senyum di bibir mbak.Azza. kembarku ini baru berumur satu setengah tahun. Mbak.Azza pun jadi cerewet dan rewel melulu. Untung kembarannya pengertian, kalo satu rewel yang satu jadi penurut. Kondisi seperi ini sangat menguras pikiran dan tenagaku.
Awalnya setelah mandi sore kondisi badan anakku berubah drastis, dia kelihatan lemas dan lesu, badannya juga agak panas. Makanpun sore itu menjadi susah sekali. Langkah awal yang aku lakukan adalah dengan memborehkan perasan bawang merah ke punggung, telapak kaki, dan perut. Jika belum mendesak sekali aku belum memberikan parasetamol, namun aku selalu sedia parasetamol di rumah sebagai antisipasi. Ternyata sampai siang harinya panasnya masih berlanjut, pengasuh anakku selama siang itu terus mengompres badannya. Bahkan kali ini disertai dengan batuk pilek.
Suamikupun sudah khawatir dan menyarankan untuk ke dokter anak. Namun aku tidak setuju. Aku ngotot mau mencoba pengobatan tradisional dan sebisa mungkin menghindari konsumsi obat, memang pada dasarnya aku juga orangnya keras kepala. Padahal awalnya jika anak sakit langsung ke dokter anak. Main setku dan cara pandangku terhadap dokter anak kini berubah setelah aku membaca arikel bahwa dokter anak di Indonesia terlalu mudah memberikan antibiotic kepada anak. Akupun mengalami sendiri ketika anakku dalam waktu semalam muntah sampai 7 kali, otomatis sebagai seorang ibu aku sangat khawatir, menunggu malam berganti pagi rasanya lama sekali. Begitu pagi aku dan suami langsung membawa salah satu dari si kembar yang muntah-muntah ke doker anak.
Setiap ke dokter anak aku tidak menyia-nyiakan untuk konsultasi. Namun karena banyaknya pasien menjadikan waktu konsultasi jadi terbatas. Aku sempat bertanya apakah penyebabnya karena bakteri? Kata dokternya bukan karna tidak disertai panas, paling ada makanan yang memicu mual, dan akan diberi obat anti mual. Atau bisa juga karena aku kebanyakan makan durian, maklum pada saat itu aku memang sedang sering mengkonsumsi durian, selain beli di rumah juga ada buah durian yang metik sendiri, so… aku kebanyakan makan, padahal aku masih menyusui. Sesampai dirumah aku kaget melihat obat yang diberikan oleh doker, lho… kok ada antibiotic??? Katanya bukan karena bakteri???. Dari situlah aku jadi cenderung kurang suka dengan pengobatan doker. Kayaknya sekarang banyak dokter yang nyambi jualan obat.
Selama anakku sakit aku berusaha dengan memborehkan bawang merah, untuk mengobati batuk pilek aku menggunakan perasan air kencur dan perbanyak minum. Aku sempat khawatir kok sakitnya ngak sembuh-sembuh. Namun aku masih keras kepala untuk tidak berobat. Kencur dan minum air putih aku perbanyak berikan kepada anak. Selama satu minggu itu, sikembar gentian sakitnya. Bahkan hari ke 5, 6, 7 selama tiga hari tersebut si kakak tidak mau turun dari gendongan, selalu minta gendong setiap saat. Aku menjadi semakin khawatir, takut kenapa-kenapa dengan kakinya. Setiap aku coba menurunkan dan aku minta kakak untuk berdiri dia malah nangis jerit-jerit minta untuk segera digendong lagi. Selama itu pula anakku jadi rewel terus, nangisnya kenceng dan menjerit-jerit tidak seperti biasanya. Kata pengasuhnya (yang momong) mungkin anakku demarinen (kepercayaan masarakat sekitar bahwa bisa jadi anak kecil terkena sawan saudara yang lagi hamil) untuk mengobatinya dimintakan sisa air minum si hamil tersebut kemudian diusapkan kemuka anak yang rewel. Sebenarnya aku tidak percaya dengan hal-hal tersebut namun aku mengikuti saja saran orang-orang yang lebih tua. Ada juga yang menyarankan untuk mandi dengan kembang kewarasan (beli di pasar), semuanya aku turuti namun kondisi anakku tidak juga membaik. Kupuuskan unuk tetap bertahan.
Malam ke8, aku berdo’a semoga besok pagi ada perubahan yang lebih baik. Akhirnya penantianku berbuah manis. Pagi hari bangun tidur, kakak tidak rewel lagi. Dia sudah mau urun dan berjalanjalan pagi. Alhamdulillah… akhirnya pengobatan radisional membuahkan hasil meskipun prosesnya lama.
Berikut bahan tradisional ang dapat digunakan sebagai antibiotic alami:
1.      Bawang merah
2.      Bawang putih
3.      Kunit
bahan-bahan tersebut mudah kita jumpai di sekiar kita.